Menurut data
terbaru yang dikeluarkan Freedom House tahun 2010 terkait dengan kebebasan pers
di dunia, tampaknya Indonesia tercatat sebagai negara yang belum sepenuhnya
memberi kebebasan terhadap pers, yaitu menduduki peringkat 108. Data ini
dilansir saat peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia di Newseum Washington, DC.[1]
Indonesia
sebagai negara paling demokratis seharusnya bisa menempatkan diri pada
peringkat atas. Sebab dengan sistem demokratis, yakni dari rakyat oleh rakyat
dan untuk rakyat, menjadi peluang bagi Indonesia untuk memberi kebebasan
sepenuhnya terhadap pers, namun hal ini tidak tercermin di Indonesia. Pers di
Indonesia belum memiliki ruang untuk lebih berekspresi, karena pemerintah
berupaya menekan pers. Hal ini terlihat dalam penggunaan pasal-pasal pencemaran
nama baik terhadap wartawan dan penduduk, penggunaan Undang-undang Informasi
dan Transaksi Elektronik, dan pembunuhan terhadap wartawan. Padahal seharusnya
kasus yang berhubungan dengan wartawan tidak dibawa ke pengadilan, melainkan
diselesaikan di Dewan Pers Nasional.
Namun, posisi
yang diperoleh Indonesia dalam tingkat kebebasan pers, menduduki peringkat atas
dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Malaysia,
singapura, Thailand dan sebagainya, yang semua negara tersebut sangat tidak
bebas terhadap pers. Dengan demikian, di Asia Tenggara, Indonesia adalah negara
yang paling bebas dalam pers nya.
Di sisi lain, pada
tahun 2009, ketika Indonesia menempati posisi ke-107 tentang kebebasan pers
sedunia, dalam artian turun 1 peringkat dibandingkan tahun 2010, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono juga menilai pers Indonesia adalah yang paling bebas
di kawasan Asia. Tidak seperti negara-negara lain di kawasan Asia, Presiden
menilai tidak ada lagi aturan-aturan yang dapat mengekang kebebasan pers di
Indonesia. Presiden menyatakan, di Indonesia tidak ada lagi sensor terhadap
pemberitaan sehingga pers seharusnya dapat lebih leluasa dan adil dalam
memberikan informasi guna mencerdaskan Bangsa.[2]
Menanggapi
fakta di atas, penulis menilai jika pers Indonesia memang dalam koridor bebas.
Hal ini tampak dari berita-berita yang dipublikasikan melalui media pers
seperti televisi, surat kabar, internet dan sebagainya. Terkesan berita yang
dimunculkan terkadang tampak memaksa untuk diterbitkan, seperti berita yang
semestinya kurang penting, akan tetapi dibuat penting dengan meng-hiperbola-kan
suatu kasus. Sehingga menjadikan kebebasan pers Indonesia memiliki sisi positif
dan negatifnya. Antara lain sisi positif dari pers Indonesia adalah dapat
menambah informasi baru dengan mudah meskipun tidak terjun melihat langsung
peristiwa atau kasus yang terjadi. Sedangkan sisi negatifnya adalah apakah pers
Indonesia telah berhasil mencerdaskan karakter Bangsa? Mengapa tindak
kriminalitas semakin meningkat di Indonesia?
Akhir-akhir
ini yang menjadi perbincangan hangat dalam komunitas pendidikan adalah
bagaimana membangun karakter yang baik dalam diri anak didik. Pembangunan
karakter sangat diperlukan guna mengurangi tindak kejahatan yang melibatkan
pelajar. Misalnya, tawuran antar pelajar, tersangkut jaringan narkoba, atau
melakukan tindak asusila. Keadaan seperti ini sungguh sangat memprihatinkan. Namun
demikian, sejatinya tidak hanya lembaga yang bertanggung jawab menangani hal
tersebut. Lingkungan juga memiliki peranan yang cukup besar dalam membentuk
jati diri dan perilaku.[3]
Salah satu
lingkungan siswa adalah keluarga, dimana dalam keluarga tersebut pembentukan
karakter dimulai. Dalam keluarga, hendaknya orang tua dapat mengontrol anak,
terutama dalam memfilter program televisi, memantau aktivitas anak terhadap internet, dan
mengamati bacaan anak (termasuk dalam surat kabar). Karena jika diamati lebih
dalam, pers adalah menjadi salah satu faktor penyebab terpuruknya moral Bangsa
dewasa ini. Bagaimana tidak, sebut saja kasus video porno Ariel-Luna yang
beredar di berbagai media, baik televisi, surat kabar maupun internet. Dengan
beredarnya video tersebut melalui media pers, maka dengan cepat kita mendengar
berita terkait kasus para pelajar yang melakukan tindak asusila dengan
melakukan adegan intim layaknya suami istri, merekamnya, lantas mengedarkannya
melalui internet. Ketika para pelajar tersebut ditanya perihal alasan mengapa
melakukan tindakan tersebut, jawabnya adalah karena terinspirasi dengan video
Ariel-Luna, yang memang selalu ditayangkan baik melalui TV maupun surat kabar.
Inilah yang menjadi bukti dengan adanya kebebasan pers di Indonesia dapat
mempengaruhi kemerosotan karakter Bangsa. Hendaknya meskipun diberlakukan
aturan yang memberi kebebasan pers, namun tetap menjaga kode etik dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan karakter Bangsa.
Dibalik sisi
negatif yang dimunculkan, pers juga memiliki banyak sisi positif. Dalam media
TV maupun surat kabar menyediakan berita-berita yang memang patut untuk
diketahui masyarakat Indonesia. Pers sebagai sumber informasi yang mudah di
dapat. Jika kita lihat di TV, salah satu program yang bermanfaat adalah yang
memperbincangkan seputar masalah politik, pendidikan, dan kesehatan yang
disalurkan melalui berbagai stasiun televisi. Misalnya saja di “TV One” dan
“Metro TV” yang menyediakan program tersebut. Hal ini menimbulkan efek yang
bagus terhadap Bangsa, dapat menambah wawasan secara langsung.
Selain pada
media TV, pers dalam surat kabar juga memiliki sisi positif yaitu dengan
mencantumkan berita yang layak dibaca dan yang memberikan informasi positif
kepada para pembaca. Sebut saja dalam “Radar Malang”, dalam edisi tersebut
menginformasikan jalan sehat bertema Dress Code Putih bersama Pakde
Karwo dan Gus Ipul dalam rangka memperingati Tahun Baru Hijriyah 1433 H.[4]
Hal ini sebagai salah satu bukti bahwa
pers juga peduli dengan kegiatan bertajuk keagamaan. Dan masih banyak lagi
berita lain yang membawa pengaruh positif terhadap karakter Bangsa, namun tidak
sedikit pula yang sebaliknya.
Menurut hemat
penulis, alangkah baiknya dengan bebasnya pers di Indonesia, juga dibarengi
dengan rasa tanggung jawab terhadap pembentukan karakter Bangsa. Berita yang
bertajuk kriminalitas diminimalis, karena dirasa kurang memberi manfaat. Dan
berita yang membawa informasi bagus terkait pendidikan, kesehatan, ekonomi dan
sebagainya lebih diperbanyak dalam mempublikasikan suatu berita. Pers harus
pandai memilah berita yang layak atau tidak untuk diterbitkan atau ditayangkan.
Karena pada intinya, pers memiliki dampak positif dan negatif terhadap
pembentukan karakter Bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar