wellcome

ahlan wa sahlan be sabakatna

Kamis, 15 Desember 2011

MENULIS FEATURE

Mengenai batasan pengertian feature , para ahli jurnalistik belum ada kesepakatan. Masing-masing ahli memberikan rumusannya sendiri tentang feature. Yang jelas, feature adalah sebuah tulisan jurnalistik namun tidak selalu harus mengikuti rumus 5W+1H. Ada yang mengatakan feature adalah jenis berita yang sifatnya ringan dan menghibur. Ia menjadi bagian dari pemenuhan fungsi menghibur (entertainment) sebuah surat kabar.

Seorang penulis feature harus memiliki ketajaman dalam memandang dan menghayati suatu peristiwa. Ia harus pula mampu menonjolkan suatu hal yang meskipun sudah umum, namun belum terungkap seutuhnya.[1]

Contoh feature yang ada di lingkungan penulis (Vita (^_^ )” ):

1. Hari sudah mulai sore, jarum jam pada jam tangan yang melekat di tangan kiriku menunjukkan angka 4. Sore itu tampak lebih petang dari biasanya, hal ini karena langit mendung dan dibarengi turunnya hujan. Sore itu, sepulang dari kuliah, sebelum aku masuk ke rumah dan mengganti pakaianku dan menaruh tas, terlebih dulu aku duduk di kursi kayu teras rumah yang menghadap ke utara. Di teras tersebut sebenarnya terdapat 3 kursi kayu penjalin dan 1 meja berbentuk kotak yang terbuat dari plastik. Tapi hanya terisi satu kursi saja yaitu yang aku tempati. Sambil menikmati segarnya udara karena efek dari turunnya hujan dan daun-daun pohon sirih dan delima yang ada di depan rumah basah karena tersiram air hujan, aku melihat banyak orang yang berlalu lalang di depan rumah, termasuk para mahasiswa dan mahasiswi. Ada yang jalan kaki dan ada pula yang mengendarai motor. Sepertinya para mahasiswa dan mahasiswi tersebut ada yang baru saja pulang dari kampus atau sekedar jalan-jalan untuk membeli makan malam. Perlu diketahui kampus UIN letaknya tidak jauh dari rumah, jika jalan kaki ditempuh dalam waktu 5 menit. Kulihat tidak semua wajah mereka menunjukkan hati yang lagi gembira, ada pula yang tampak lesu. Terlihat dari raut wajahnya, mereka yang sedang senang tampak sesekali menunjukkan senyumnya dan mata yang berbinar. Sedangkan mereka yang sedang sedih atau lelah tampak tidak semangat dalam langkah berjalannya dan raut mukanya yang pucat atau tidak fresh. Setelah kurang lebih 10 menit dan setelah aku puas menikmati segarnya udara sore itu, aku mulai beranjak dari kursi yang aku duduki dan membuka pintu rumah dan masuk ke dalamnya. Kulihat keluargaku sedang berkumpul di ruang tengah dan asyik bercanda. Namun aku tidak ikut gabung bersama mereka, aku langsung menuju kamarku yang berada di lantai satu dan beristirahat.

2. Pada hari senin, tepatnya pukul 12.20 aku sudah sampai di kampus UIN untuk mata kuliah SKI 2. Aku sengaja berangkat awal agar tidak kehujanan. Karena langit mendung menandakan akan segera turun hujan. Aku selalu berjalan kaki ketika berangkat kuliah, masalahnya aku tidak bisa mengendarai motor apalagi mobil. Lagipula jarak antara rumah dan kampusku cukup dekat. Hanya dalam waktu 5 menit aku sudah bisa sampai di kampus. Karena aku berangkat lebih awal, tentu saja di depan kelasku, yaitu ruang A. 109 masih sepi dan hanya ada satu temanku yang ternyata datangnya lebih awal dariku. Namun sebelum menuju kelas, aku terlebih dahulu ke stand satpam untuk mengambil kunci kelas dengan menukarkan KTM (Kartu Tanda Mahasiswa) milikku. Ternyata dosen kelasku pun juga belum datang. Kemudian aku dan satu temanku itu bergabung ke teman-teman yang lokasi kelasnya bersebelahan dengan kelasku untuk sekedar “ngrumpi”, karena dosen kelas mereka juga belum datang. Tepatnya di sebelah kanan kelasku yaitu ruang A.108. Tampaknya kelas tersebut sudah ramai. Seperti biasanya mereka selalu datang ke kampus buru-buru, hal ini karena dosen pengajarnya sangat disiplin, yaitu pada mata kuliah kewirausahaan. Berkebalikan dengan kelas yang berada di sebelah kiri kelasku yaitu ruang A.110. tidak seperti biasanya, kelas tersebut sangat sepi, tidak ada seorangpun yang datang. Seperti yang telah ku ketahui sebelumnya, kelas dengan mata kuliah jurnalistik tersebut diganti dengan kuliah praktis di lapangan. Setelah kurang lebih hanya 5 menit, teman-teman kelasku sendiri segera berdatangan dan ikut gabung bersamaku, sedangkan kelas kewirausahaan yang tadinya sudah pada menunggu dosen, akhirnya mereka masuk kelas juga karena dosen mereka sudah datang.

Sudah lama ditunggu, kira-kira 30 menit, dosen kelasku belum juga datang. Agar tampak disiplin, aku membuka pintu kelas, dan selanjutnya ketua kelas memberi aba-aba kepada semua teman kelasku untuk masuk. Namun lama kita menunggu dan jarum jam sudah menunjukkan angka setengah dua, maka kami putuskan untuk berdiskusi sendiri hingga jam 2 dan setelah itu langsung pulang.


[1] Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis; Untuk Pemula (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 16-17.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar