A. Pengertian Anak Lambat Belajar dan Anak Cepat belajar
1. Pengertian Anak Lambat Belajar
Anak lambat belajar adalah anak yang
mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi
intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai
ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri
sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Masalah-masalah yang mungkin bisa jadi penyebab anak
lambat belajar antara lain karena masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah,
kognisi, serta masalah sosial dan emosional.
Anak yang lambat belajar bisa juga dikatakan sebagai anak
yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar (learning
difficulty) merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan pada
lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Kesulitan belajar
didasarkan atas suatu kondisi dari belajar yang terganggu untuk mencapai hasil
belajar. Hal tersebut disebabkan oleh faktor fisik, sosial, maupun psikologi.[1]
Definisi mengenai kesulitan belajar akan tampak dalam
gejala aspek-aspek kognitif, motorik, dan efektif dalam proses maupun hasil belajar
yang dicapai. Ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi
gejala kesulitan belajar.[2]
2. Pengertian Anak Cepat Belajar
Murid cepat belajar adalah murid yang cepat sekali dalam
menerima, memahami, dan menguasai pelajaran yang diberikan kepadanya dengan
prestasi yang baik sekali dalam semua pelajaran. Sehingga hasil prestasi
belajar yang dicapai dapat dilihat pada rapor dan nilai ujian akhirpun baik
sekali.[3]
Mereka
ini umumnya mempunyai intelegensi tinggi. Tetapi sebaliknya murid yang mempunyai intelegensi tinggi belum tentu
merupakan murid cepat belajar. Intelegensi adalah kemampuan untuk memudahkan
penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan
seseorang.
Secara
umum dapat disimpulkan bahwa murid cepat belajar adalah:
1)
Murid yang pada
umumnya mempunyai intelegensi tinggi.
2)
Murid yang cepat
sekali menerima, menguasai, dan memahami serta
memproduksi pelajaran yang diterimanya.
3)
Murid yang
rengking hasil rata-rata prestasi akademisnya tinggi.
4)
Murid yang
sikap, kerajinan, kebersihan dan kesehatannya baik.[4]
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anak yang Lambat dan Cepat Belajar
1. Faktor yang Mempengaruhi Anak Lambat Belajar
Kesulitan belajar biasanya terjadi pada siswa
yang berkemampuan rendah dan mengalami kelambatan dalam belajar. Anak yang
lambat dalam belajar akan tampak jelas dari menurunnya kinerja akademis atau
prestasi belajar. Lambatnya belajar siswa dapat dibuktikan dengan munculnya
kelainan perilaku (misbehavior) seperti terlalu diam di kelas (karena
tidak mengerti meteri pelajaran), suka mengusik atau mengganggu teman, suka
berkelahi, sering tidak masuk kelas, serta membolos pada waktu pelajaran.
Guru harus mengidentifikasi kemungkinan
sebab-sebab kesulitan belajar siswa. Koestoer mengidentifikasi kemungkinan
sebab lambatnya belajar siswa berdasar empat kategori,[5] yaitu:
a. Kondisi sosiologis yang permanen
b. Kondisi sosiologis yang temporer
c. Pengaruh-pengaruh lingkungan sosial yang permanen
d. Pengaruh leingkungan sosial yang temporer
Menurut Muzayyin Arifin, fakta-fakta kehidupan
yang menjadi masalah adalah hal-hal berikut, diantaranya:[6]
a. Masalah kesulitan dan kegagalan belajar.
b. Masalah sosial dalam keluarga, sesama teman, dengan guru/sekolah, atau
dengan masyarakat.
c. Masalah yang bersifat pribadi.
d. Masalah pekerjaan, hari depan, waktu senggang, percintaan, emosi, status,
dan sebagainya.
e. Masalah nilai-nilai moral agama.
Bantuan penyuluhan dapat diselenggarakan
secara rutin ataupun insidental sesuai dengan situasi. Demikian pula
mengenai teknik yang dipergunakan dapat disesuaikan dengan situasi dan masalah.
2. Faktor yang Mempengaruhi Anak Cepat Belajar
Adapun faktor yang mempengaruhi anak yang
cepat belajar adalah tingkat intelegensinya yang di atas rata-rata, atau
melebihi batas sewajarnya dari anak yang normal lainnya. Anak yang lebih cepat
dalam belajar biasa disebut dengan anak yang jenius.
Tidak hanya anak yang lambat belajar saja yang
memerlukan bimbingan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak yang cepat
dalam belajar juga perlu adanya bimbingan.
Sifat-sifat dari murid cepat belajar
berbeda jauh dengan murid-murid lainnya, hal itu akan dapat dinilai oleh
konselor. Adapun ciri-ciri anak yang cepat belajar yang
membedakan dengan anak yang lainnya adalah sebagai berikut:
a. Sebelum
bersekolah:
1)
murid cepat belajar,ketika belajar berjalan lebih awal
dari pada anak average (rata-rata)
2)
perkembangan bicaranya dimulai lebih awal dan berkembang
lebih cepat
b. Setelah masuk
sekolah:
1)
Murid cepat belajar rajin ke sekolah, karena harus ke
sekolah, karena haus akan ilmu pengetahuan.
2)
Murid cepat belajar senang mengikuti aktivitas-aktivitas
ekstra kurikuler.
3)
Jika ia diberi kesempatan untuk memilih mata pelajaran
maka ia akan memilih mata pelajaran yang berat-berat.
4)
Kemampuan mentalnya yang superior ditunjukkan pada
kecakapanya dalam membaca, mampu menarik generalisasi-generalisasi, mengenal
hubungan-hubungan, meng-komprehensipkan pengertian dan mampu berfikir logis.
5)
Fisiknya dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik.
6)
Kurang sabar
dengan prosedur-prosedur rutin, memerlukan metode belajar yang efisien tetapi
mampu kerja dengan baik.
7)
Kecakapan dalam
berbagai hal ditunjukkan dari berbagai minat, lebih aktif dan rasa ingin tahu
tentang hal-hal beru lebih besar. Ia memiliki pemikiran yang luas dan kemampuan
mengkritik diri sendiri.[8]
C. Bimbingan terhadap Anak yang Lambat dan Cepat Belajar
1. Bimbingan Anak Lambat Belajar
Jika seorang anak mengalami kesulitan belajar
sehingga cenderung lambat dalam belajar, seharusnya anak tersebut tidak
ditinggalkan dan diabaikan, tetapi sang anak haruslah mendapatkan perhatian
khusus dari seorang guru dan lingkungannya. Maka, seorang guru tidak harus
mengucilkan atau meremehkan anak yang lambat dalam belajar. Adapun usaha dalam
membimbing anak yang lambat belajar adalah sebagai berikut.
a. Pola pengajaran terstruktur.
Dengan berpedoman pada perlunya pengajaran
ilmu agar lebih berhasil, maka ditekankan perlunya:
1) Tujuan-tujuan instruksional yang harus dicapai ditetapkan secara tegas.
Tujuan-tujuan ini dirangkaikan dalam materi pelajaran dibagi atas unit-unit
pelajaran yang diurutkan sesuai dengan rangkaian tujuan instruksional.
2) Supaya siswa mencapai tujuan instruksional yang pertama lebih dahulu,
sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai
tujuan instruksional yang kedua, tujuan instruksional yang kedua harus tercapai
lebuh dahulu sebelum siswa melanjutkan meteri berikutnya.
3) Ditingkatkan motivasi belajar siswa dan efektivitas hasil belajar siswa,
serta memberikan umpan balik mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat
itu juga atau testing formatif.
b. Mengefektifkan program pengajaran remedial.
Pengajaran remidial (renidila teching)
bertolak dan konsep belajar tuntas (mastery learning),[9] yang ditandai oleh sistem pembelajaran dengan
menggunakan modul. Pengajaran remidial pada hakikatnya merupakan kewajiban bagi
semua guru setelah mereka melakukan evaluasi formatif karena secara umum
keseluruhan sistem pendidikan bertujuan untuk mengubah tingkah laku peserta
didik.[10]
Untuk lebih mengefektifkan progran pengajaran
remidial sangat dibutuhkan peran aktif guru. Fungsi guru dalam pengajaran
remidial berperan sebagai “fungsi preventif”, yakni mencegah terjadinya
kesulitan belajar siswa. Guru harus memiliki strategi-strategi yang jitu dan
efektif ketika mengajar sehingga proses belajar menjadi nayaman, menyenangkan, enjoy,
dan tidak membosankan. Selain itu sesuai dengan fungsi guru sebagai
konselor, guru harus memberikan bimbingan yang bersifat kuratif (penyembuhan),
yaitu dengan pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.[11]
Kesulitan belajar siswa tidak selalu
disebabkan oleh tingkat IQ yang rendah atau kemalasan siswa saja, tetapi bisa
juga disebabkan oleh kurangnya strategi yang menarik dari guru dalam proses
penyampaian materi. Sekali lagi perlu ditekankan bahawa perlunya bagi guru
untuk memilih strategi pembelajaran menyangkut strstegi dan metode yang akan digunakan
untuk mencapai tujuan kompetensi.[12]
2. Bimbingan Anak Cepat Belajar
Untuk
memberikan layanan bimbingan secara tepat, maka perlu bagi guru atau konselor
mengetahui latar belakang pribadi kehidupan dimasa lampau, sekarang dan
harapannya pada masa yang akan datang.
Untuk
mengatasi masalah yang dihadapi murid cepat belajar, maka guru harus mengadakan
usaha-usaha penyaluran, pengadaptasian, penyesuaian. Cara-cara yang dilakukan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi masing-masing murid cepat belajar adalah:
1)
Pelayanan
bimbingan pendidikan
a)
Usaha
penyaluran, untuk menyalurkan kemampuan murid yang cepat belajar dan mengisi
kelebihan waktu dikelas digunakan system pengajaran modul dan pengelompokan
mata pelajaran mayor dan pilihan:
1.
Sistem pengajaran modul
2.
Menyediakan mata
pelajaran pilihan
b)
Sistem pengadaptasian, konselor berusaha memberikan
informasi dan tafsiran dari informasi tentang sifat-sifat dan kebiasaan,
kemampuan dan kebutuhan murid cepat belajar kepada guru, agar guru dapat
memilih metode mengajar yang sesuai dengan sifat-sifat kebiasaan, kemampuan dan
kebutuhan murid tersebut.
c)
Usaha
penyesuaian
1.
Meningkatkan
motifasi belajar
2.
Menghilangkan
kecemasan dan kekhawatiranya jika tidak dapat melanjutkan studinya
3.
Menyadarkan
bahwa semua mata pelajaran itu penting
4.
Memperbaiki
sikap dan kebiasaan buruknya dikelas
5.
Case
conference, yaitu membicarakan bersama-sama guru tentang
tingkah laku murid cepat belajar yang berkebiasaan buruk
2) Pelayanan
bimbingan social
a) Usaha
penyaluranya adalah:
1. Untuk
murid yang apatis
a. Menempatkan
dalam kelompok penyelesaian modul
b. Mengaktifkan
dalam kelompok dirumah
c. Mengikuti
kelompok diskusi, kelompok wisata belajar
d. Mengikutkan
kedalam kepramukaan, camping dll
2.
Untuk murid yang
dinamis
Masalah
sosial untuk murid sebenarnya berhubungan erat dengan kedisiplinan mengikuti
pelajaran. Karena itu layanan secara khusus dalam bimbingan sosial tidak perlu
dikemukakan secara eksplisit. Untuk memenuhi maksud-maksud memperbaiki
sosialnya telah dipenuhi dengan layanan bimbingan pendidikan terhadapnya.
3) Pelayanan
bimbingan ekonomi
a)
Masalah social
ekonomi untuk murid yang penghasilan orang tuanya rendah. Masalah ini menyebabkan motifasi belajar murid menurun,
timbul rasa cemas, takut tidak dapat melanjutkan studi sehingga menjadi minder.
b)
Masalah social ekonomi untuk murid yang mempunyai
kecenderungan murid yang banyak mengeluarkan uang untuk biaya sekolah.
4)
Pelayanan bimbingan emosi
Dari masalah ekonomi tersebut maka murid yang penghasilan
orang tuanya rendah nampak lebih serius problema emosionalnya, sedang untuk
murid yang orang taunya mempunyai penghasilan cukup lebih berkuarang
emosionalnya. Diharapkan dengan layanan bimbingan pendidikan,
social dan ekonomi maka problem emosional tersebut dapat diatasi. Jika tidak pelaksanaan layanan
konseling, role playing, sosiodrama
dan psikokrama harus dilakukan lebih
intensif.
Virget S. Ward
menyatakan bahwa pendidikan bagi anak-anak cepat belajar perlu perhatian
seksama. Dia menganjurkan argumentasi sebagai berikut: [13]
a)
Perlunya program
khusus untuk anak cepat belajar
b)
Dibutuhkan teori
tentang pengalaman pendidikan, mana praktek pendidikan yang berhasil dan mana
praktik pendidikan yang gagal untuk anak-anak cepat belajar.
Bimbingan sebagaimana yang telah dirumuskan, diharapkan
mampu menyentuh setiap segi kepribadian individu baik fisik, mental, dan
sosial. Hal tersebut berfungsi mengintergrasikan semua aktifitas individu yang
berhubungan dengan semua sikap dan pola perilaku individu dengan menggunakan
semua potensi yang ada pada dirinya agar
berguna bagi dirinya dan lingkungan yang ada disekitarnya.
Fungsi utama dari bimbingan di sekolah tidak hanya
membantu peserta didik dalam mengatasi masalah pribadinya yang berhubungan
dengan pendidikan, tetapi juga fungsi bimbingan dengan usaha pemberian bantuan
kepada individu agar mereka mampu mengatasi masalahnya dengan baik.[14]
Dengan demikian, diharapkan melalui bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswa dapat mengatasi masalah-masalah terkati denga siswa yang lambat belajar maupun yang lebih cepat dalam
belajar.
[1] Prof. Dr. H. Baharuddin. M. Pd. I. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan
(Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2009), hlm. 177-178.
[2] Drs. Mulyadi, M. Pd. I., Diagnosis dan Pemecahan Kesulitan Belajar, (Malang:
Shefa, 2003), hlm. 6.
[3] Drs. Mulyadi, M. Pd.I. Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus (Yogyakarta:
Nuha Litera, 2008), hlm.131-132.
[4] Dra.
Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal
dan program pendidikannya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1984), hlm. 132.
[6] Prof. H. Muzayyin Arifin, M. Ed., Kapita Selekta Pendidikan Islam, A.
Syafi’i, ed. (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hlm. 186-187.
[9] Mulyono Abdurrahman, pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta:
Rineka Rineka Cipta, 1999), hlm.30.
[11] Dr. H. Farid Hasyim, M. Ag. dan Mulyono, MA., Bimbingan dan Konseling
Religius, (Jogjakarta: ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 61.
[12] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pndidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 21.
Lengkap dgn sumbernya, thank's mba'
BalasHapusbermnafaat
BalasHapusBisa mencatumkan kesimpulannya juga nggak?
BalasHapusBisa mencatumkan kesimpulannya juga nggak?
BalasHapusterima kasih .
BalasHapuslengkap materinya